Gara-Gara Rebutan Korea dengan Tiongkok, Kekaisaran Jepang Bangkit

Serba Serbi  
Tentara Jepang/Ilustrasi. (Foto: republika.id)
Tentara Jepang/Ilustrasi. (Foto: republika.id)

Perang Tiongkok-Jepang I (First Sino-Japanese War) adalah sebuah perang antara Dinasti Qing Tiongkok (Cina) dan Meiji Jepang dalam perebutan kendali atas Korea, berlangsung antara 25 Juli 1894 sampai 17 April 1895. Pertempuran ini terjadi karena konflik Jepang dan Tiongkok, yang memperebutkan kendali atas Korea.

Pada mulanya, Jepang dan Tiongkok merupakan dua negara yang menjalin persahabatan, baik secara resmi melalui utusan-utusan, maupun secara tidak resmi dengan hubungan perdagangan yang sudah ada sejak Dinasti Ming.

Namun, hal ini berubah saat terjadi pembaruan di Jepang pada akhir abad ke-19, atau disebut Restorasi Meiji, yang berhasil membangun negara ini menjadi lebih kuat. Dengan semakin maju dan kuatnya Jepang, negara ini berambisi menguasai daerah-daerah di sekitarnya, termasuk Korea, yang kemudian memicu Perang Tiongkok-Jepang I.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Perang Tiongkok-Jepang merupakan simbol kemerosotan Dinasti Qing dan juga menunjukkan kesuksesan modernisasi Jepang sejak Restorasi Meiji dibandingkan dengan Gerakan Penguatan Diri di Tiongkok.

Setelah lebih dari dua abad menerapkan kebijakan mengasingkan diri di bawah pemerintahan Keshogunan, Jepang akhirnya mebuka perdagangan luar negeri, dengan disetujuinya Persetujuan Kanagawa pada tahun 1854.

Kejatuhan Keshogunan yang diikuti dengan Restorasi Meiji, membuat pemerintahan Meiji yang baru dibentuk, bisa memulai reformasi untuk menjadikan Jepang negara yang terpusat dan modern.

Jepang juga mengirimkan beberapa delegasi dan pelajar-pelajar Jepang ke seluruh dunia, untuk mempelajari dan menerima budaya dan ilmu pengetahuan bangsa Barat, dengan tujuan untuk memajukan dan membuat Jepang sejajar dengan kekuatan Barat. Reformasi ini membuat Jepang yang tadinya masyarakat feodal, menjadi negara industri yang modern.

Dinasti Qing di Tiongkok juga mulai menerapkan reformasi politik dan militer, tetapi masih sangat jauh dari kesuksesan.

Dengan menduduki Semenanjung Liaotung, Jepang berhasil menguasai sebagian kecil daerah di Asia Timur. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Dinasti Qing dan penandatanganan Perjanjian Shimonoseki pada tahun 1895 yang berakibat pada ganti rugi 30 juta tael kepada Jepang.

Pengaruh selanjutnya dari perang ini adalah pergantian dominansi regional Asia dari Tiongkok kepada Jepang dan merupakan pukulan telak untuk Dinasti Qing dan tradisi Tiongkok kuno. Berkat kemenangan dalam perang ini, Jepang menjadi negara yang mempunyai pengaruh besar di Korea dan Tiongkok.

Kehilangan yang memalukan atas lepasnya Korea sebagai negara pembayar upeti terhadap Tiongkok, memicu terjadinya kemarahan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya

Berkat kemenangan dalam perang ini, Jepang menjadi negara yang mempunyai pengaruh besar di Korea dan Tiongkok. Sebaliknya, Tiongkok, yang semula dianggap sebagai penguasa Timur Jauh dan tertutup dari peradaban asing, dikalahkan oleh negara tetangga yang dulu menjadi pengagumnya.

Hilangnya kekuasaan atas Korea, yang merupakan negara pembayar upeti, membuat Tiongkokterpukul dan memicu kemarahan rakyatnya. Kekalahan ini mendorong terjadinya beberapa pergolakan politik dalam negeri Tiongkok yang dipimpin oleh Sun Yat Sen dan Kang Youwei. Selain itu, Perang China-Jepang I juga menelan banyak korban. Dari pihak Tiongkok, ada sekitar 35.000 korban meninggal dan terluka.

(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image