Mencegah Sandwich Generation agar tak Jadi 'Dosa' Turunan

Tips  
Sandwich generation/ilustrasi. (Foto: Pixabay)
Sandwich generation/ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Generasi roti lapis atau yang lebih dikenal dengan istilah sandwich generation, belakangan menjadi istilah yang semakin populer di sejumlah negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Kondisi di mana seseorang harus menanggung hidup tak hanya dirinya sendiri tapi juga generasi di atas dan di bawahnya.

Sebenarnya istilah sandwich generation bukanlah sesuatu hal yang baru. Istilah ini sudah dikenalkan oleh Dorothy A Miller, seorang profesor dari Universitas Kentucky sejak tahun 1981 dalam bukunya Social Work.

Namun rupanya semakin sulitnya kondisi ekonomi global belakangan ini membuat istilah tersebut menjadi sebuah fenomena yang semakin umum kita temui di tengah masyarakat kini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Berdasarkan statistik dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2017, sebanyak 77,82 persen keluarga ditopang oleh anggota keluarga yang bekerja, dan hanya sekitar 7 persen yang mampu menghidupi dirinya sendiri lewat uang pensiun atau hasil investasi.

Sementara itu, lebih dari 50 persen lansia tinggal bersama anak, menantu, hingga cucunya dalam satu rumah yang sama. Hanya sekitar 20 persen saja lansia yang tinggal bersama pasangannya, sementara 9 persen memilih untuk hidup sendiri karena berbagai faktor.

Sedangkan menurut survei yang dilakukan pada September 2021, 48,7% masyarakat produktif Indonesia merupakan generasi sandwich yang memiliki tanggungan finansial atas keluarganya. Survei tersebut dilakukan terhadap 1.828 responden usia produktif berusia 25-45 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia.

Berdasarkan survei tersebut, terlihat hampir setengah dari generasi usia produktif di Indonesia merupakan generasi sandwich yang menanggung beban finansial yang tak ringan. Beratnya beban finansial ini pasti memiliki dampak bagi yang mengalaminya.

1. Dampak Generasi Sandwich

Walau sering terlihat baik-baik saja, generasi sandwich ini pada umumnya memiliki masalah finansial yang tak mudah. Masalah cashflow yang tak lancar dimana gaji yang sering habis sebelum gajian selanjutnya datang. Memiliki utang konsumtif untuk menutupi defisit penghasilan. Penurunan kesehatan fisik dan mental karena stres dan bekerja teralalu keras. Serta sulit untuk menabung dan investasi untuk tujuan keuangan pribadi merupakan masalah-masalah yang kerap dihadapi si generasi sandwich ini.

2. Penyebab Generasi Sandwich

Banyak hal yang dapat menyebabkan hingga akhirnya seseorang terjebak dalam situasi generasi roti lapis ini, di antaranya adalah

- Kurangnya Literasi Keuangan

Memiliki literasi keuangan yang memadai merupakan salah satu bekal yang berguna bagi kehidupan, khususnya dalam hal ini adalah dalam kehidupan keluarga. Generasi sandwich muncul karena salah satunya adalah keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik.

Karena tidak ada atau minimnya perencanaan keuangan keluarga, banyak keluarga yang terus berkembang tanpa diikuti keadaan finansial yang ikut berkembang. Sehingga banyak kebutuhan keluarga yang tidak terpenuhi.

Kondisi finansial ini kemudian berdampak pada orang tua yang tidak memiliki persiapan dana pensiun.

Oleh karena itu, orang tua akan bergantung secara finansial kepada anaknya saat sudah melewati usia produktif.

- Gaya Hidup Konsumtif

Penyebab berikutnya adalah gaya hidup yang konsumtif. Memiliki gaya hidup konsumtif membuat sulit untuk menabung. Padahal menabung sangatlah penting untuk mencapai tujuan finansial.

Gaya hidup konsumtif ini harus dihindari karena hanya akan memenuhi keinginan masa kini namun berdampak besar pada kehidupan masa depan.

Selanjutnya...

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image